Imam Hasan Al-Bana, pendiri gerakan dakwah Ikhwan yang terkenal ke seluruh dunia, banyak meninggalkan catatan penting pada sejarah perjuangan Islam modern. Ingat, kehadiran Imam Hasan bertepatan dengan hanya beberapa saat setelah hancurnya kekhalifan Islam yang terakhir. Tak pelak, setelah kepergian beliau, tak ada lagi figur dakwah yang bisa dijadikan acuan dalam gerakan Islam.
Setiap hari, dalam dakwahnya, ia berjalan kaki tidak kurang dari 20 KM. Beliau menyambangi desa-desa dan dilakukannya tanpa pamrih sedikitpun dari manusia. Ia duduk di warung kopi pada beberapa malam, menyatu dengan masyarakat yang sebenarnya, dan ia mampu mengingat nama orang yang baru saja ditemuinya walaupun hanya sekali, sehingga orang yang diajak bicara olehnya menjadi simpati.
Banyak warisan dari Imam Hasan yang sangat menggelorakan semangat dakwah Islam. Berikut ini beberapa di antaranya dari sekian wasiat-wasiatnya:
Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau bagaimanapun keadaannya.
Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.
Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.
Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram.
Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.
Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.
Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.
(sa/berbagaisumber)
TRANSLATE BAHASA
Tampilkan postingan dengan label tokoh islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tokoh islam. Tampilkan semua postingan
Minggu, 21 Agustus 2011
10 Wasiat Imam Hasan Al Banna
Hasan Al-Banna dan Proyek Kebangkitan Umat
Risalah Mursyid
17/2/2009 | 20 Safar 1430 H | 2.010 views
Oleh: DR. Muhammad Mahdi Akif
Kirim Print
hasanPenerjemah:
Abu Ahmad
_______
Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 12-02-2009
Segala puji bagi Allah dan shalawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya.. selanjutnya;
Allah SWT berfirman:
مِنْ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab:23)
Dalam kehidupan setiap umat dan bangsa, akan tampak seorang pemimpin yang terpilih dan diberikan rahmat oleh Allah terhadapnya, mampu mengumpulkan umat di sekelilingnya dan bangkit bersamanya dengan membawa tugas menghidupkan bangsa dan umatnya dari kelalaian; sosok pemimpin kebangkitannya dan membawa kemuliaan jati dirinya.
Imam syahid Hasan Al-Banna sebagai -saksi dan pejuang kemerdekaan Palestina- adalah sebagai salah satu dari mereka -para pemimpin- yang mendedikasikan diri dan hidupnya sejak awal untuk melakukan kebangkitan negeri Mesir, bangsa Arab dan umat Islam. Beliau telah membangun proyek kebangkitan, yang diawali dari negara Mesir, kemudian setelah itu, banyak yang ikut bergabung dengannya hingga jutaan umat dari berbagai belahan dunia. Membawa kebangkitan yang bersumber pada tiga pondasi utama, yaitu;
1. Bahwa hukum-hukum Islam dan ajaran-ajarannya adalah sangat universal; yang mengurusi berbagai permasalahan manusia dalam kehidupannya di dunia, dan hal-hal yang terkait dengan kebahagiaan di Akhirat nanti. Karena itu, Islam adalah Aqidah dan Ibadah, tanah air dan tentara, agama dan negara, spiritualitas dan aktualitas, mushaf dan pedang. Dan Al-Qur’an al-karim juga berbicara tentang hal itu semua dan menganggapnya sebagai inti dari ajaran Islam dan merupakan karakternya yang mengajak untuk selalu berbuat ihsan di dalamnya secara keseluruhan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayatnya:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنْ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu“. (Al-Qashash:77)
2. Bahwa pondasi dan pokok ajaran-ajaran Islam bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw yang jika keduanya dipegang teguh oleh umat maka selamanya tidak akan tersesat, sedangkan berbagai pendapat, ilmu pengetahuan yang disambungkan dengan Islam dan diberikan warna dengan warna Islam akan mampu membawa warna kehidupan zaman yang dibentuk oleh ilmu dan bangsa yang sezaman dengannya… karena itu pula sistem dan ajaran-ajarannya harus tetap lestari sehingga mampu membawa umat dari ajaran-ajarannya yang murni dan bersih serta mudah dicerna. Memahami Islam seperti yang dipahami oleh salafus shalih, memiliki pendirian pada batasan-batasan rabbaniyah an-nabawiyah sehingga jiwa kita tidak terikat dengan selain Allah, tidak menselaraskan masa hidup dengan warna yang tidak sesuai dengan syariatnya, sebagaimna Islam juga sebagai agama seluruh manusia.
3. Bahwa Islam adalah agama yang universal; yang mengurusi berbagai kehidupan seluruh bangsa dan umat di sepanjang masa dan waktu, datang dengan penuh kemuliaan dan kesempurnaan dengan menjabarkan berbagai bentuk dan bagian kehidupan, khususnya berbagai urusan dunia, meletakkan kaidah-kaidah umum pada setiap urusannya, mengarahkan umat manusia pada jalan-jalan yang nyata untuk diterapkan atasnya dan perjalanan di atas ketentuan-ketentuannya… Islam telah memberikan perhatian secara penuh, dengan cara memberikan solusi pada diri manusia, sumber dari segala sistem, dan sebagai perangkat dari berbagai ide, wawasan dan pembentukan..”Risalah muktamar al-khamis”
Dengan tiga pondasi di atas tersebut imam Al-Banna mendirikan bangunan berupa proyek kebangkitan umat menurut Ikhwanul Muslimin, dan diantara karakteristiknya adalah Islam itu sendiri. Imam Hasan Al-Banna telah banyak menelaah sejarah umat Islam dan berdiri pada satu sikap akan pentingnya melakukan solusi pada entitas negara Islam yang telah terbelenggu pada suatu kondisi hingga abad ke 14 Hijriyah, sehingga dapat meninggalkan apa yang pada saat ini kita saksikan sebagai umat yang bercerai berai, negara-negara kecil menuju kesatuan dan melangkah untuk bangkit dan maju bersama.
Karena itu, melakukan observasi suatu penyakit adalah merupakan fase yang sangat penting sebelum menentukan cara penanggulangannya. Itulah yang dilakukan oleh Al-Banna, sehingga beliau menyebutkan beberapa faktor (penyakit) yang dapat mengarah pada pemberian solusi, di antaranya adalah:
1. Perselisihan politik, fanatisme, serta pertikaian dalam perebutan jabatan dan kepemimpinan.
2. Perselisihan agama, mazhab dan keyakinan keluar dari agama sebagai aqidah, dan sibuk dengan permasalahan dan istilah-istilah yang baku, mengabaikan Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasulullah saw, jumud, fanatik terhadap pendapat, ucapan, perkataan, ide, wawasan, perdebatan dan perselisihan yang terjadi.
3. Terbuai dengan kemewahan dan kenikmatan dan jatuh pada kesenangan dan syahwat.
4. Berpindahnya kekuasaan dan kepemimpinan pada selain Arab dari orang-orang yang tidak pernah merasakan nikmatnya Islam yang benar, dan hati mereka belum pernah tersentuh oleh cahaya Al-Qur’an oleh karena sulitnya memahami Al-Qur’an.
5. Acuh terhadap pengetahuan kauniyah (alam) dan ilmu-ilmu ilmiah, dan banyak menghabiskan waktu hanya untuk membahas dan mengkaji falsafah-falsafah teoritis dan kaku serta ilmu-ilmu khayal yang buruk.
6. Terpedayanya para pemimpin dengan jabatan mereka, tertipu dan acuh pada teori perkembangan sosial suatu bangsa lainnya dan terhadap orang-orang yang sebelum mereka dalam melakukan persiapan, menjaga kewibawaan dan menguasai tipu daya.
7. Tertipu oleh bisikan-bisikan para pembisik dari musuh-musuh dan seteru mereka, bangga dengan kerja dan fenomena kehidupan mereka, terbelenggu oleh taklid sehingga terjerumus pada kehancuran bukan manfaat, diiringi dengan pelarangan yang keras untuk tidak menyerupainya dan perintah untuk selalu berbeda dengan mereka, dan pentingnya menjaga sendi-sendi umat Islam. (risalah bainal amsi wal youm)
Kemudian Imam syahid Hasan Al-Banna menjelaskan bagaimana Islam memberikan solusi kepada umatnya bagi yang ingin bangkit dari beberapa hal yang dibutuhkan untuknya melalui berbagai sistem, kaidah, naluri dan perasaan yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya dan di hadapan seluruh umat Islam dan Arab bahkan seluruh umat manusia; bahwa keistimewaan ajaran Islam adalah memberikan kepada umat manusia berbagai manfaat; karena beliau telah mencoba sebelumnya dan menyaksikan sejarah dan kebenarannya, dan miliknya kesucian dan ketetapan dalam jiwa sehingga memudahkan bagi seluruhnya untuk mendapatkannya, memahaminya, memenuhi panggilannya dan berjalan di atasnya, ditambah dengan kebanggaan nasionalisme dan membela nasionalisme yang murni; dengan membangun kehidupan kita di atas kaidah-kaidah kita dan dasar-dasar yang kita milik dan tidak mengambil dari selainnya, dan inilah nilai-nilai kemerdekaan sosial dan kehidupan yang paling tinggi setelah kemerdekaan politik.
Sesungguhnya berjalan di atas manhaj ini dan mendukung kebangkitan di atas pondasi-pondasi Islam; dapat menguatkan persatuan Arab, kemudian persatuan umat Islam.
Bahwa manhaj yang menyeluruh dan unibersal ini merupakan bagian dari sistem kehidupan setiap umat yang berasal pada dua sisi penting; mengambil yang baik dan menjauhi mudarat.
Dan dalam menjelaksan hal-hal yang dibutuhkan oleh umat yang menginginkan kebangkitan dari beberapa dasar dan pondasi, dan bagaimana cara Islam memberikannya, Imam syahid Hasan Al-Banna berkata dalam risalah “Nahwan Nuur” yang ditujukan untuk para pemimpin dan penguasa serta umat Islam secara keseluruhan:
1. Islam dan cita-cita; umat yang ingin bangkit membutuhkan cita-cita dan impian yang luas. Dan Al-Qur’an menjelaskan kepada kita bahwa putus asa merupakan jalan menuju kekufuran dan ke takberdayaan dan bagian dari kesesatan. Allah berfirman:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمْ الْوَارِثِينَ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)”. (Al-Qashash:5)
Dan firman Allah:
وَتِلْكَ الأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
”Dan itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”. (Ali Imran:140)
2. Islam dan kemuliaan nasionalisme
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia”. (Ali Imaran:110)
dan firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
“Dan demikianlah kami jadikan kalian umat yang tengah sehingga kalian menjadi saksi atas seluruh manusia”. (Al-Baqara:143)
Dan firman Allah:
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman”. (Al-Munafiqun:8)
Adapun negara menurut Islam adalah mencakup:
- negara khusus,
- negara Islam lainnya, jadi seluruh umat Islam berada satu negara dan satu atap.
- Kerajaan Islam yang pertama yang telah diperjuangkan oleh salafus saleh dengan darah mereka. Kemudian menembus hingga mencakup dunia secara keseluruhan.
Oleh karena itu, Islam berkesesuaian dengan perasaan nasionalisme secara khusus dan perasaan nasionalisme secara umum, oleh karena terdapat di dalamnya kebaikan dari segala kebaikan untuk manusia seluruhnya, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al-Hujurat:13)
3. Islam; kekuatan dan tentara; Islam menjadikan mencapai keduanya sebagai suatu kewajiban yang paten dari berbagai kewajiban lainnya, dan tidak membedakan antara fenomena yang ada dengan shalat dan puasa serta lain-lainnya.
4. Islam; kesehatan secara umum.
Allah berfirman:
وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ
“Dan Allah memberikan kepadanya bekal kekuatan ilmu dan badan”. (Al-Baqarah:247)
Nabi saw bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ الْقَوِيَّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
“Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah”.
Dan nabi saw bersabda:
إِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“sesungguhnya bagi badanmu ada haknya”
5. Islam dan ilmu pengetahuan: dengan menjadikannya sebagai kewajiban dari kewajiban lainnya, dan sebagai sarana kekuatan dan menuju kemenangan, dan ayat pertama yang diturunkan Allah adalah
قْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan”. (Al-Alaq:1)
6. Islam dan akhlaq yang lurus dan mulia… sebagaimana Allah firmankan dalam ayat-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
”Sungguh beruntung orang-orang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang-orang yang mengotorinya”. (As-Syams:9-10).
Dan firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga diri mereka yang merubah sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)
7. Islam dan ekonomi: urusan ekonomi merupakan permasalahan yang sangat penting dan fundamental pada zaman ini, dan Islam, sejak awal telah memberikan perhatian terhadapnya, memprioritaskan nya dan menganggapnya sarana yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat besar, bahkan telah meletakkan kaidah-kaidah yang dapat membersihkan bangunan perekonomian; seperti diharamkannya riba, kapitalisme dan menghalalkan segala cara dalam jual beli.
8. Sistem Islam secara umum: Bahwa sistem Islam secara umum adalah yang berhubungan dengan individu, keluarga atau umat; pemerintahannya dan bangsanya, atau hubungan umat yang satu dengan sebagian lainnya, dikumpulkan dan disatukan antara pemahaman dan ketelitian, dan mendahulukan kepentingan dan penjelasannya, dan bahwasanya yang demikian merupakan petunjuk paling sempurna dan bermanfaat dari apa yang dikenal oleh manusia tentang sistem yang baru atau klasik.
Hukum tersebut juga didukung dan dikokohkan oleh sejarah dan ditetapkan pembahasannya secara detail dalam setiap fenomena kehidupan umat, dan sebagai bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa pembangunan kebangkitan Mesir, Arab dan umat Islam bertentangan dengan hak-hak minoritas non muslim, atau membuat keruh kebersihan hubungan antara barat dan negara-negara lainnya di dunia.
Imam Al-Banna berkata: bahwa Islam telah meletakkan nash-nashnya secara jelas dan gamblang guna dapat melindungi kaum minoritas seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (Al-Mumtahanah:8)
Dan Al-Qur’an juga mengagungkan persatuan agama secara umum dan berusaha menghilangkan kefanatikan.
sebagaimana firman Allah:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al-Baqarah:136)
Dan Islam juga mengagungkan persatuan agama secara khusus tanpa ada permusuhan dan pertentangan
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka perbaikilah di antara dua saudara kalian (yang sedang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah, agar kalian mendapat keberuntungan”. (Al-Hujurat:10)
Dan Islam juga memberikan batasan secara jelas dan detail siapa yang berhak bagi kita sebagai umat Islam untuk melindungi dan memutuskan hubungan dengan mereka:
Allah berfirman:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمْ اللَّهُ عَنْ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zhalim”. (Al-Mumtahanah:9)
Adapun Barat dan orang-orang Barat; jika kita berprasangka buruk pada negara-negara tersebut adalah karena mereka tidak suka dengan kita; apakah kita mengikuti Islam atau selainnya, dan inilah yang terjadi sejak dua abad yang lalu, sehingga hancur eksperimen kebangkitan yang dibangun oleh para pendirinya di atas pondasi selain pondasi dan kaidah-kaidah Islam.
Bahwa dasar-dasar kebangkitan di Timur tidak seperti di Barat, dan para pemuka agama bukanlah agama itu sendiri, dan bahwasanya awal kebangkitan harus dimulai dengan mendirikan lebih dahulu kaidah-kaidahnya di atas pondasi-pondasi yang kuat yang bersumber dari akhlaq yang mulia, ilmu yang luas, kekuatan yang mumpuni sebagaimana yang diperintahkan oleh Islam.
Dan hendaknya kita mengambil langkah-langkah kongkret dari berbagai sisi dan dimensi sambil berusaha melakukan pembahasan secara detail dan bersabar melakukan solusi dan therapi, melintasi berbagai rintangan, bersamaan dengan apa yang dibutuhkan olehnya akan panjangnya masa, besarnya hikmah dan kuatnya azimah.
Dan kita ketahui bahwa jika azam telah benar dan jalan telah terang, dan umat yang memiliki kemauan yang kuat jika mengambil jalan kebaikan, maka pasti mendapatkan apa yang diinginkan insya Allah, karena itu marilah kita melakukan kebangkitan, dan kelak Allah akan selalu bersama kita.
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw.
17/2/2009 | 20 Safar 1430 H | 2.010 views
Oleh: DR. Muhammad Mahdi Akif
Kirim Print
hasanPenerjemah:
Abu Ahmad
_______
Risalah dari Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 12-02-2009
Segala puji bagi Allah dan shalawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya.. selanjutnya;
Allah SWT berfirman:
مِنْ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab:23)
Dalam kehidupan setiap umat dan bangsa, akan tampak seorang pemimpin yang terpilih dan diberikan rahmat oleh Allah terhadapnya, mampu mengumpulkan umat di sekelilingnya dan bangkit bersamanya dengan membawa tugas menghidupkan bangsa dan umatnya dari kelalaian; sosok pemimpin kebangkitannya dan membawa kemuliaan jati dirinya.
Imam syahid Hasan Al-Banna sebagai -saksi dan pejuang kemerdekaan Palestina- adalah sebagai salah satu dari mereka -para pemimpin- yang mendedikasikan diri dan hidupnya sejak awal untuk melakukan kebangkitan negeri Mesir, bangsa Arab dan umat Islam. Beliau telah membangun proyek kebangkitan, yang diawali dari negara Mesir, kemudian setelah itu, banyak yang ikut bergabung dengannya hingga jutaan umat dari berbagai belahan dunia. Membawa kebangkitan yang bersumber pada tiga pondasi utama, yaitu;
1. Bahwa hukum-hukum Islam dan ajaran-ajarannya adalah sangat universal; yang mengurusi berbagai permasalahan manusia dalam kehidupannya di dunia, dan hal-hal yang terkait dengan kebahagiaan di Akhirat nanti. Karena itu, Islam adalah Aqidah dan Ibadah, tanah air dan tentara, agama dan negara, spiritualitas dan aktualitas, mushaf dan pedang. Dan Al-Qur’an al-karim juga berbicara tentang hal itu semua dan menganggapnya sebagai inti dari ajaran Islam dan merupakan karakternya yang mengajak untuk selalu berbuat ihsan di dalamnya secara keseluruhan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayatnya:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنْ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu“. (Al-Qashash:77)
2. Bahwa pondasi dan pokok ajaran-ajaran Islam bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw yang jika keduanya dipegang teguh oleh umat maka selamanya tidak akan tersesat, sedangkan berbagai pendapat, ilmu pengetahuan yang disambungkan dengan Islam dan diberikan warna dengan warna Islam akan mampu membawa warna kehidupan zaman yang dibentuk oleh ilmu dan bangsa yang sezaman dengannya… karena itu pula sistem dan ajaran-ajarannya harus tetap lestari sehingga mampu membawa umat dari ajaran-ajarannya yang murni dan bersih serta mudah dicerna. Memahami Islam seperti yang dipahami oleh salafus shalih, memiliki pendirian pada batasan-batasan rabbaniyah an-nabawiyah sehingga jiwa kita tidak terikat dengan selain Allah, tidak menselaraskan masa hidup dengan warna yang tidak sesuai dengan syariatnya, sebagaimna Islam juga sebagai agama seluruh manusia.
3. Bahwa Islam adalah agama yang universal; yang mengurusi berbagai kehidupan seluruh bangsa dan umat di sepanjang masa dan waktu, datang dengan penuh kemuliaan dan kesempurnaan dengan menjabarkan berbagai bentuk dan bagian kehidupan, khususnya berbagai urusan dunia, meletakkan kaidah-kaidah umum pada setiap urusannya, mengarahkan umat manusia pada jalan-jalan yang nyata untuk diterapkan atasnya dan perjalanan di atas ketentuan-ketentuannya… Islam telah memberikan perhatian secara penuh, dengan cara memberikan solusi pada diri manusia, sumber dari segala sistem, dan sebagai perangkat dari berbagai ide, wawasan dan pembentukan..”Risalah muktamar al-khamis”
Dengan tiga pondasi di atas tersebut imam Al-Banna mendirikan bangunan berupa proyek kebangkitan umat menurut Ikhwanul Muslimin, dan diantara karakteristiknya adalah Islam itu sendiri. Imam Hasan Al-Banna telah banyak menelaah sejarah umat Islam dan berdiri pada satu sikap akan pentingnya melakukan solusi pada entitas negara Islam yang telah terbelenggu pada suatu kondisi hingga abad ke 14 Hijriyah, sehingga dapat meninggalkan apa yang pada saat ini kita saksikan sebagai umat yang bercerai berai, negara-negara kecil menuju kesatuan dan melangkah untuk bangkit dan maju bersama.
Karena itu, melakukan observasi suatu penyakit adalah merupakan fase yang sangat penting sebelum menentukan cara penanggulangannya. Itulah yang dilakukan oleh Al-Banna, sehingga beliau menyebutkan beberapa faktor (penyakit) yang dapat mengarah pada pemberian solusi, di antaranya adalah:
1. Perselisihan politik, fanatisme, serta pertikaian dalam perebutan jabatan dan kepemimpinan.
2. Perselisihan agama, mazhab dan keyakinan keluar dari agama sebagai aqidah, dan sibuk dengan permasalahan dan istilah-istilah yang baku, mengabaikan Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasulullah saw, jumud, fanatik terhadap pendapat, ucapan, perkataan, ide, wawasan, perdebatan dan perselisihan yang terjadi.
3. Terbuai dengan kemewahan dan kenikmatan dan jatuh pada kesenangan dan syahwat.
4. Berpindahnya kekuasaan dan kepemimpinan pada selain Arab dari orang-orang yang tidak pernah merasakan nikmatnya Islam yang benar, dan hati mereka belum pernah tersentuh oleh cahaya Al-Qur’an oleh karena sulitnya memahami Al-Qur’an.
5. Acuh terhadap pengetahuan kauniyah (alam) dan ilmu-ilmu ilmiah, dan banyak menghabiskan waktu hanya untuk membahas dan mengkaji falsafah-falsafah teoritis dan kaku serta ilmu-ilmu khayal yang buruk.
6. Terpedayanya para pemimpin dengan jabatan mereka, tertipu dan acuh pada teori perkembangan sosial suatu bangsa lainnya dan terhadap orang-orang yang sebelum mereka dalam melakukan persiapan, menjaga kewibawaan dan menguasai tipu daya.
7. Tertipu oleh bisikan-bisikan para pembisik dari musuh-musuh dan seteru mereka, bangga dengan kerja dan fenomena kehidupan mereka, terbelenggu oleh taklid sehingga terjerumus pada kehancuran bukan manfaat, diiringi dengan pelarangan yang keras untuk tidak menyerupainya dan perintah untuk selalu berbeda dengan mereka, dan pentingnya menjaga sendi-sendi umat Islam. (risalah bainal amsi wal youm)
Kemudian Imam syahid Hasan Al-Banna menjelaskan bagaimana Islam memberikan solusi kepada umatnya bagi yang ingin bangkit dari beberapa hal yang dibutuhkan untuknya melalui berbagai sistem, kaidah, naluri dan perasaan yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya dan di hadapan seluruh umat Islam dan Arab bahkan seluruh umat manusia; bahwa keistimewaan ajaran Islam adalah memberikan kepada umat manusia berbagai manfaat; karena beliau telah mencoba sebelumnya dan menyaksikan sejarah dan kebenarannya, dan miliknya kesucian dan ketetapan dalam jiwa sehingga memudahkan bagi seluruhnya untuk mendapatkannya, memahaminya, memenuhi panggilannya dan berjalan di atasnya, ditambah dengan kebanggaan nasionalisme dan membela nasionalisme yang murni; dengan membangun kehidupan kita di atas kaidah-kaidah kita dan dasar-dasar yang kita milik dan tidak mengambil dari selainnya, dan inilah nilai-nilai kemerdekaan sosial dan kehidupan yang paling tinggi setelah kemerdekaan politik.
Sesungguhnya berjalan di atas manhaj ini dan mendukung kebangkitan di atas pondasi-pondasi Islam; dapat menguatkan persatuan Arab, kemudian persatuan umat Islam.
Bahwa manhaj yang menyeluruh dan unibersal ini merupakan bagian dari sistem kehidupan setiap umat yang berasal pada dua sisi penting; mengambil yang baik dan menjauhi mudarat.
Dan dalam menjelaksan hal-hal yang dibutuhkan oleh umat yang menginginkan kebangkitan dari beberapa dasar dan pondasi, dan bagaimana cara Islam memberikannya, Imam syahid Hasan Al-Banna berkata dalam risalah “Nahwan Nuur” yang ditujukan untuk para pemimpin dan penguasa serta umat Islam secara keseluruhan:
1. Islam dan cita-cita; umat yang ingin bangkit membutuhkan cita-cita dan impian yang luas. Dan Al-Qur’an menjelaskan kepada kita bahwa putus asa merupakan jalan menuju kekufuran dan ke takberdayaan dan bagian dari kesesatan. Allah berfirman:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمْ الْوَارِثِينَ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)”. (Al-Qashash:5)
Dan firman Allah:
وَتِلْكَ الأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
”Dan itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”. (Ali Imran:140)
2. Islam dan kemuliaan nasionalisme
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia”. (Ali Imaran:110)
dan firman Allah:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
“Dan demikianlah kami jadikan kalian umat yang tengah sehingga kalian menjadi saksi atas seluruh manusia”. (Al-Baqara:143)
Dan firman Allah:
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman”. (Al-Munafiqun:8)
Adapun negara menurut Islam adalah mencakup:
- negara khusus,
- negara Islam lainnya, jadi seluruh umat Islam berada satu negara dan satu atap.
- Kerajaan Islam yang pertama yang telah diperjuangkan oleh salafus saleh dengan darah mereka. Kemudian menembus hingga mencakup dunia secara keseluruhan.
Oleh karena itu, Islam berkesesuaian dengan perasaan nasionalisme secara khusus dan perasaan nasionalisme secara umum, oleh karena terdapat di dalamnya kebaikan dari segala kebaikan untuk manusia seluruhnya, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al-Hujurat:13)
3. Islam; kekuatan dan tentara; Islam menjadikan mencapai keduanya sebagai suatu kewajiban yang paten dari berbagai kewajiban lainnya, dan tidak membedakan antara fenomena yang ada dengan shalat dan puasa serta lain-lainnya.
4. Islam; kesehatan secara umum.
Allah berfirman:
وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ
“Dan Allah memberikan kepadanya bekal kekuatan ilmu dan badan”. (Al-Baqarah:247)
Nabi saw bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ الْقَوِيَّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
“Sesungguhnya mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah”.
Dan nabi saw bersabda:
إِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“sesungguhnya bagi badanmu ada haknya”
5. Islam dan ilmu pengetahuan: dengan menjadikannya sebagai kewajiban dari kewajiban lainnya, dan sebagai sarana kekuatan dan menuju kemenangan, dan ayat pertama yang diturunkan Allah adalah
قْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan”. (Al-Alaq:1)
6. Islam dan akhlaq yang lurus dan mulia… sebagaimana Allah firmankan dalam ayat-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
”Sungguh beruntung orang-orang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang-orang yang mengotorinya”. (As-Syams:9-10).
Dan firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga diri mereka yang merubah sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)
7. Islam dan ekonomi: urusan ekonomi merupakan permasalahan yang sangat penting dan fundamental pada zaman ini, dan Islam, sejak awal telah memberikan perhatian terhadapnya, memprioritaskan nya dan menganggapnya sarana yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat besar, bahkan telah meletakkan kaidah-kaidah yang dapat membersihkan bangunan perekonomian; seperti diharamkannya riba, kapitalisme dan menghalalkan segala cara dalam jual beli.
8. Sistem Islam secara umum: Bahwa sistem Islam secara umum adalah yang berhubungan dengan individu, keluarga atau umat; pemerintahannya dan bangsanya, atau hubungan umat yang satu dengan sebagian lainnya, dikumpulkan dan disatukan antara pemahaman dan ketelitian, dan mendahulukan kepentingan dan penjelasannya, dan bahwasanya yang demikian merupakan petunjuk paling sempurna dan bermanfaat dari apa yang dikenal oleh manusia tentang sistem yang baru atau klasik.
Hukum tersebut juga didukung dan dikokohkan oleh sejarah dan ditetapkan pembahasannya secara detail dalam setiap fenomena kehidupan umat, dan sebagai bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa pembangunan kebangkitan Mesir, Arab dan umat Islam bertentangan dengan hak-hak minoritas non muslim, atau membuat keruh kebersihan hubungan antara barat dan negara-negara lainnya di dunia.
Imam Al-Banna berkata: bahwa Islam telah meletakkan nash-nashnya secara jelas dan gamblang guna dapat melindungi kaum minoritas seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (Al-Mumtahanah:8)
Dan Al-Qur’an juga mengagungkan persatuan agama secara umum dan berusaha menghilangkan kefanatikan.
sebagaimana firman Allah:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Al-Baqarah:136)
Dan Islam juga mengagungkan persatuan agama secara khusus tanpa ada permusuhan dan pertentangan
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka perbaikilah di antara dua saudara kalian (yang sedang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah, agar kalian mendapat keberuntungan”. (Al-Hujurat:10)
Dan Islam juga memberikan batasan secara jelas dan detail siapa yang berhak bagi kita sebagai umat Islam untuk melindungi dan memutuskan hubungan dengan mereka:
Allah berfirman:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمْ اللَّهُ عَنْ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zhalim”. (Al-Mumtahanah:9)
Adapun Barat dan orang-orang Barat; jika kita berprasangka buruk pada negara-negara tersebut adalah karena mereka tidak suka dengan kita; apakah kita mengikuti Islam atau selainnya, dan inilah yang terjadi sejak dua abad yang lalu, sehingga hancur eksperimen kebangkitan yang dibangun oleh para pendirinya di atas pondasi selain pondasi dan kaidah-kaidah Islam.
Bahwa dasar-dasar kebangkitan di Timur tidak seperti di Barat, dan para pemuka agama bukanlah agama itu sendiri, dan bahwasanya awal kebangkitan harus dimulai dengan mendirikan lebih dahulu kaidah-kaidahnya di atas pondasi-pondasi yang kuat yang bersumber dari akhlaq yang mulia, ilmu yang luas, kekuatan yang mumpuni sebagaimana yang diperintahkan oleh Islam.
Dan hendaknya kita mengambil langkah-langkah kongkret dari berbagai sisi dan dimensi sambil berusaha melakukan pembahasan secara detail dan bersabar melakukan solusi dan therapi, melintasi berbagai rintangan, bersamaan dengan apa yang dibutuhkan olehnya akan panjangnya masa, besarnya hikmah dan kuatnya azimah.
Dan kita ketahui bahwa jika azam telah benar dan jalan telah terang, dan umat yang memiliki kemauan yang kuat jika mengambil jalan kebaikan, maka pasti mendapatkan apa yang diinginkan insya Allah, karena itu marilah kita melakukan kebangkitan, dan kelak Allah akan selalu bersama kita.
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad saw.
Selasa, 14 Juni 2011
Daftar Ilmuwan Islam yang Terlupakan Atau Disembunyikan
IBNU RUSHD (Averroes)
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuanensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi"(hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
Karya :
·Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
·Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
·Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat)
IBNU SINA (Avisena)
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa.
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing danThe Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Kehidupannya dikenal lewat sumber - sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
AL-BIRUNI
merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf,pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidangmatematika, filsafat, obat-obatan.Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazm di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma'mun Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Dia juga mengetahui bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber. Dia menulis bukunya dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.Sebahagian karyanya ialah:· Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari. · Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar. ·
Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah. ·
Beliau membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16)
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya kepada matematika termasuk:
*aritmatika teoritis and praktis
*penjumlahan seri
*analisis kombinatorial
*kaidah angka 3
*bilangan irasional
*teori perbandingan
*definisi aljabar
*metode pemecahan penjumlahan aljabar
*geometri
*teorema Archimedes
*sudut segitiga
Sumber: http://thegaulia.blogspot.com/2011/06/daftar-ilmuwan-islam-yang-terlupakan.html#ixzz1PGGP03HZ
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuanensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi"(hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
Karya :
·Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
·Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
·Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat)
IBNU SINA (Avisena)
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa.
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing danThe Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Kehidupannya dikenal lewat sumber - sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
AL-BIRUNI
merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf,pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidangmatematika, filsafat, obat-obatan.Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazm di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma'mun Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Dia juga mengetahui bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber. Dia menulis bukunya dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.Sebahagian karyanya ialah:· Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari. · Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar. ·
Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah. ·
Beliau membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16)
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya kepada matematika termasuk:
*aritmatika teoritis and praktis
*penjumlahan seri
*analisis kombinatorial
*kaidah angka 3
*bilangan irasional
*teori perbandingan
*definisi aljabar
*metode pemecahan penjumlahan aljabar
*geometri
*teorema Archimedes
*sudut segitiga
Sumber: http://thegaulia.blogspot.com/2011/06/daftar-ilmuwan-islam-yang-terlupakan.html#ixzz1PGGP03HZ
Jumat, 10 Juni 2011
Mari Belajar Kokoh dari Ustadzah Yoyoh Yusroh
dakwatuna.com – Hari ini Sabtu 21 Mei 2011 bertepatan dengan 18 Jumadits Tsani, kita kehilangan seorang mujahidah dakwah, ustadzah, muballighoh, bunda yang penuh kesabaran : Yoyoh Yusroh. Masyarakat banyak mengenalnya sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi PKS yang sangat gigih memperjuangkan RUU pornografi. Usulan cerdas beliau tentang kemungkinan tentara TNI wanita berjilbab juga menarik banyak pihak untuk mencermati langkah beliau. Keterlibatannya di kerja dewan sejak tahun 1999 tidak menyurutkan langkahnya dalam dakwah dan tarbiyah di tengah masyarakat. Taujihat dan ceramahnya senantiasa dinanti setiap kader dakwah khususnya akhwat muslimat. Panggilan Bunda yang dialamatkan kepada beliau menunjukan penghargaan dan arti khusus diri beliau di hati setiap akhwat kader dakwah. Beliau kini telah meninggal, namun catatan kebaikan telah banyak ditorehkan, saatnya bagi kita untuk meneladani dan melanjutkan perjuangannya.
Setiap kematian meninggalkan pesan, pesan untuk mengingat betapa dekatnya kita dengan alam barzah. Pesan untuk mengingat dan menyebut kebaikan yang meninggal agar ada langkah yang nyata dalam mengikuti kebaikan-kebaikan yang ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila kamu menghadiri orang yang sakit atau orang yang meninggal, maka katakanlah yang baik, maka sesungguhnya malaikat mengaminkan (membaca amin) atas apa yang kamu katakan.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dari al-Bukhari, bahwasanya satu jenazah dibawa melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat radiyallahu ‘anhum, lalu mereka menyebutkan kebaikan-kebaikan orang tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wajib”. Lalu lewat lagi satu jenazah yang lain, lalu mereka menyebutkan kejahatan kejahatannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, “Wajib”. Maka Umar bin Khatab radiyallahu ‘anhu bertanya, “Apakah gerangan yang wajib?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ini yang kamu sebutkan atasnya kebaikan, maka wajiblah baginya surga; dan ini yang kamu sebutkan atasnya kejahatan, maka wajiblah baginya neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari)
Air mata akan segera mengering, gundukan tanah akan segera membatu, kesedihan akan segera ditumpuki dengan agenda kesibukan lainnya, maka marilah sejenak kita mengenang kebaikan beliau, kebaikan dan hanya kebaikanlah yang layak untuk dikenang dari setiap insan. Mari belajar kokoh dari ustadzah Yoyoh Yusroh
Pertama: Teladan Fisik yang Kuat dan Komitmen dalam menjaga kesehatan
Aktifitas dakwah membutuhkan energi yang luar biasa. Ini yang disadari oleh ustadzah Yoyoh Yusroh, maka beliau punya komitmen yang sangat tinggi dalam menjaga kesehatan, dan juga mengingatkan kader dakwah yang lain agar peduli kesehatan. Afifah Afra menuliskan kenangannya bersama ustadzah Yoyoh Yusroh dalam suatu kesempatan memberikan tausiah di depan para muslimah Semarang. Beliau sangat menganjurkan para muslimah untuk menjaga kesehatan. Menekankan untuk mengonsumsi banyak sayur dan buah-buahan, serta meninggalkan segala jenis makanan instan yang berpengawet. Lebih tegas ustadzah Yoyoh Yusroh menjelaskan: “Rahim seorang wanita harus dipersiapkan untuk menghasilkan generasi yang terbaik. Jadi, makanlah hanya sesuatu yang halal dan toyib.” Komitmen beliau yang tinggi ini pun bisa dengan mudah dibuktikan di depan mata. Melahirkan 13 putra dan putri tentu dibutuhkan penjagaan fisik yang luar biasa, belum ditambahi aktifitas dakwah dan kegiatan yang sangat padat. Beliau mampu melewati hari-hari sibuknya dengan stamina yang kuat. Saat ditanya seorang akhwat tentang resep fitnya, beliau mengingatkan untuk jangan lupa mengonsumsi habbatus sauda dan madu.
Kedua: Kesabaran Luar Biasa
Melahirkan, merawat dan membesarkan 13 orang anak adalah hal luar biasa yang mutlak membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Betapa banyak kader dakwah yang hari ini mengumbar keluhkesah dan berteriak kerepotan, sementara mereka baru dikarunia satu dua anak, dengan amanah dakwah yang tak seberapa. Kegiatan beliau yang begitu padat tentulah membutuhkan kesabaran luar biasa. Dalam kehidupan rumah tangga beliau adalah contoh kesabaran seorang ummahat, karena beliau seringkali diminta –terkadang bersama suaminya- untuk mengisi talkshow dan seminar dengan teman keluarga islami. Beliau berpesan tentang kunci sukses membina rumah tangga: “Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi. Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada. Laki dan wanita punya keistimewaan.”. Banyak lagi pesan dan petuah beliau tentang rumah tangga, yang sungguh telah dibuktikan sejak awal dalam kesabaran beliau mengarungi rumah tangga. Sekali lagi, dengan 13 orang anak!
Ketiga: Aktif Bergerak
Ustadzah Yoyoh Yusroh juga menjadi teladan akhwat muslimah dalam kiprah bagi dakwah dan masyarakat. Amanah beliau yang begitu banyak senantiasa beliau tuntaskan dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya dalam konteks internal partai atau dalam negeri, namun juga tampil aktif dalam organisasi internasional bahkan perjuangan internasional membela Palestina. Beliau memimpin rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP), dan melalui perjuangan berat akhirnya mampu menembus Gaza dengan dikawal barisan panser tentara Mesir. Kiprah beliau yang sangat padat bisa dilihat dari rentetan tugas dan penghargaan yang beliau dapat. Selain di DPR beliau juga aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (Tahun 2005-2010), bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Lansia. Tak hanya itu, sejumlah tanda jasa pun pernah diterimanya, seperti International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2000, International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003, dan Mubaligh National dari Departemen Agama RI tahun 2001. Sebuah gambaran sekaligus teladan, seorang ummahat yang sukses meramu antara ranah domestik dengan pengabdian kemasyarakatan.
Keempat: Ruhiyah Tinggi
Aktivitas dakwah dan kemasyarakatan yang begitu padat akan sangat melelahkan tanpa siraman ruhiyah yang teratur dan pada porsi yang istimewa. Ustadzah Yoyoh Yusroh tahu dan meyakini dengan pasti hal tersebut. Karenanya beliau senantiasa menghiasi hari-hari padat aktifitasnya dengan charger ruhiyah yang terus dijaga dan ditingkatkan. Tilawah dan mengulang hafalan Quran adalah rutinitas harian yang tak terlewatkan. Salim A Fillah pernah mendapati beliau bersama suami tengah asyik mengulang hafalan berdua, bergantian menyimak dan membenarkan. Secara khusus, beliau senantiasa menyelesaikan tilawah tiga juz setiap harinya. Tentu sebuah capaian yang luar biasa, yang barangkali tak terbayangkan dalam benak banyak kader yang selalu gagal menyelesaikan satu juz tilawah karena alasan kesibukan. Ketika ditanya bagaimana mungkin menyempatkan diri untuk tilawah sebanyak itu dalam setiap harinya, ustadzah Yoyoh Yusroh menjawab dengan yakin dan mantap: “Justru karena sibuk dan banyak hadapi aneka persoalan serta begitu beragam manusia, maka harus memperbanyak Al-Qur’an”. Subhanallah
Kelima: Penyayang dan Peduli
Banyak akhwat yang terkesan dengan kesederhanaan dan ketawadhukan beliau, dan lebih dari itu kedekatan personal dan ukhuwah yang dibuktikan dengan langkah nyata. Panggilan bunda dan ummi menandakan tempat khusus di hati para akhwat. Seorang akhwat muda begitu terkesan saat dalam sebuah pertemuan kedua dengan beliau, ustadzah Yoyoh Yusroh masih mengingat betul nama dan asalnya, serta menanyakan tentang kegiatan dan aktifitas terbarunya. Hal ini jelas menunjukkan kepedulian dan kasih sayang beliau yang tulus kepada para akhwat, tanpa pamrih, seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Akhirnya, tentulah masih banyak teladan kebaikan yang telah ditorehkan oleh ustadzah Yoyoh Yusroh, coretan singkat ini tak akan pernah mampu mewakili kebaikan dan keteladanan dari sosok daiyah dan mujahidah ini. Sekali lagi marilah belajar kokoh dari ustadzah Yoyoh Yusroh. Mari belajar memuhasabahi diri atas langkah yang amal yang telah kita torehkan setiap hari.
Beberapa hari sebelum meninggal, beliau menuliskan SMS berisikan kegelisahan dan muhasabah hatinya kepada seorang akhwat: “ Ya rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak diakhirat. Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al-Kubra yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafshah binti Umar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena shawwamah (rajin puasa-red) dan qawwamahnyaI (rajin tahajud-red)? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500 an hadits, sedang aku…. ehm 500 juga belum… atau dengan Ummu Sulaim yang shabiroh (penyabar) atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad… atau dengan siapa ya. Ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka… sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman firdaus-Mu.
Setiap kematian meninggalkan pesan, pesan untuk mengingat betapa dekatnya kita dengan alam barzah. Pesan untuk mengingat dan menyebut kebaikan yang meninggal agar ada langkah yang nyata dalam mengikuti kebaikan-kebaikan yang ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila kamu menghadiri orang yang sakit atau orang yang meninggal, maka katakanlah yang baik, maka sesungguhnya malaikat mengaminkan (membaca amin) atas apa yang kamu katakan.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dari al-Bukhari, bahwasanya satu jenazah dibawa melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat radiyallahu ‘anhum, lalu mereka menyebutkan kebaikan-kebaikan orang tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wajib”. Lalu lewat lagi satu jenazah yang lain, lalu mereka menyebutkan kejahatan kejahatannya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lagi, “Wajib”. Maka Umar bin Khatab radiyallahu ‘anhu bertanya, “Apakah gerangan yang wajib?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ini yang kamu sebutkan atasnya kebaikan, maka wajiblah baginya surga; dan ini yang kamu sebutkan atasnya kejahatan, maka wajiblah baginya neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari)
Air mata akan segera mengering, gundukan tanah akan segera membatu, kesedihan akan segera ditumpuki dengan agenda kesibukan lainnya, maka marilah sejenak kita mengenang kebaikan beliau, kebaikan dan hanya kebaikanlah yang layak untuk dikenang dari setiap insan. Mari belajar kokoh dari ustadzah Yoyoh Yusroh
Pertama: Teladan Fisik yang Kuat dan Komitmen dalam menjaga kesehatan
Aktifitas dakwah membutuhkan energi yang luar biasa. Ini yang disadari oleh ustadzah Yoyoh Yusroh, maka beliau punya komitmen yang sangat tinggi dalam menjaga kesehatan, dan juga mengingatkan kader dakwah yang lain agar peduli kesehatan. Afifah Afra menuliskan kenangannya bersama ustadzah Yoyoh Yusroh dalam suatu kesempatan memberikan tausiah di depan para muslimah Semarang. Beliau sangat menganjurkan para muslimah untuk menjaga kesehatan. Menekankan untuk mengonsumsi banyak sayur dan buah-buahan, serta meninggalkan segala jenis makanan instan yang berpengawet. Lebih tegas ustadzah Yoyoh Yusroh menjelaskan: “Rahim seorang wanita harus dipersiapkan untuk menghasilkan generasi yang terbaik. Jadi, makanlah hanya sesuatu yang halal dan toyib.” Komitmen beliau yang tinggi ini pun bisa dengan mudah dibuktikan di depan mata. Melahirkan 13 putra dan putri tentu dibutuhkan penjagaan fisik yang luar biasa, belum ditambahi aktifitas dakwah dan kegiatan yang sangat padat. Beliau mampu melewati hari-hari sibuknya dengan stamina yang kuat. Saat ditanya seorang akhwat tentang resep fitnya, beliau mengingatkan untuk jangan lupa mengonsumsi habbatus sauda dan madu.
Kedua: Kesabaran Luar Biasa
Melahirkan, merawat dan membesarkan 13 orang anak adalah hal luar biasa yang mutlak membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Betapa banyak kader dakwah yang hari ini mengumbar keluhkesah dan berteriak kerepotan, sementara mereka baru dikarunia satu dua anak, dengan amanah dakwah yang tak seberapa. Kegiatan beliau yang begitu padat tentulah membutuhkan kesabaran luar biasa. Dalam kehidupan rumah tangga beliau adalah contoh kesabaran seorang ummahat, karena beliau seringkali diminta –terkadang bersama suaminya- untuk mengisi talkshow dan seminar dengan teman keluarga islami. Beliau berpesan tentang kunci sukses membina rumah tangga: “Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi. Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada. Laki dan wanita punya keistimewaan.”. Banyak lagi pesan dan petuah beliau tentang rumah tangga, yang sungguh telah dibuktikan sejak awal dalam kesabaran beliau mengarungi rumah tangga. Sekali lagi, dengan 13 orang anak!
Ketiga: Aktif Bergerak
Ustadzah Yoyoh Yusroh juga menjadi teladan akhwat muslimah dalam kiprah bagi dakwah dan masyarakat. Amanah beliau yang begitu banyak senantiasa beliau tuntaskan dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya dalam konteks internal partai atau dalam negeri, namun juga tampil aktif dalam organisasi internasional bahkan perjuangan internasional membela Palestina. Beliau memimpin rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP), dan melalui perjuangan berat akhirnya mampu menembus Gaza dengan dikawal barisan panser tentara Mesir. Kiprah beliau yang sangat padat bisa dilihat dari rentetan tugas dan penghargaan yang beliau dapat. Selain di DPR beliau juga aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (Tahun 2005-2010), bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Lansia. Tak hanya itu, sejumlah tanda jasa pun pernah diterimanya, seperti International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2000, International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003, dan Mubaligh National dari Departemen Agama RI tahun 2001. Sebuah gambaran sekaligus teladan, seorang ummahat yang sukses meramu antara ranah domestik dengan pengabdian kemasyarakatan.
Keempat: Ruhiyah Tinggi
Aktivitas dakwah dan kemasyarakatan yang begitu padat akan sangat melelahkan tanpa siraman ruhiyah yang teratur dan pada porsi yang istimewa. Ustadzah Yoyoh Yusroh tahu dan meyakini dengan pasti hal tersebut. Karenanya beliau senantiasa menghiasi hari-hari padat aktifitasnya dengan charger ruhiyah yang terus dijaga dan ditingkatkan. Tilawah dan mengulang hafalan Quran adalah rutinitas harian yang tak terlewatkan. Salim A Fillah pernah mendapati beliau bersama suami tengah asyik mengulang hafalan berdua, bergantian menyimak dan membenarkan. Secara khusus, beliau senantiasa menyelesaikan tilawah tiga juz setiap harinya. Tentu sebuah capaian yang luar biasa, yang barangkali tak terbayangkan dalam benak banyak kader yang selalu gagal menyelesaikan satu juz tilawah karena alasan kesibukan. Ketika ditanya bagaimana mungkin menyempatkan diri untuk tilawah sebanyak itu dalam setiap harinya, ustadzah Yoyoh Yusroh menjawab dengan yakin dan mantap: “Justru karena sibuk dan banyak hadapi aneka persoalan serta begitu beragam manusia, maka harus memperbanyak Al-Qur’an”. Subhanallah
Kelima: Penyayang dan Peduli
Banyak akhwat yang terkesan dengan kesederhanaan dan ketawadhukan beliau, dan lebih dari itu kedekatan personal dan ukhuwah yang dibuktikan dengan langkah nyata. Panggilan bunda dan ummi menandakan tempat khusus di hati para akhwat. Seorang akhwat muda begitu terkesan saat dalam sebuah pertemuan kedua dengan beliau, ustadzah Yoyoh Yusroh masih mengingat betul nama dan asalnya, serta menanyakan tentang kegiatan dan aktifitas terbarunya. Hal ini jelas menunjukkan kepedulian dan kasih sayang beliau yang tulus kepada para akhwat, tanpa pamrih, seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Akhirnya, tentulah masih banyak teladan kebaikan yang telah ditorehkan oleh ustadzah Yoyoh Yusroh, coretan singkat ini tak akan pernah mampu mewakili kebaikan dan keteladanan dari sosok daiyah dan mujahidah ini. Sekali lagi marilah belajar kokoh dari ustadzah Yoyoh Yusroh. Mari belajar memuhasabahi diri atas langkah yang amal yang telah kita torehkan setiap hari.
Beberapa hari sebelum meninggal, beliau menuliskan SMS berisikan kegelisahan dan muhasabah hatinya kepada seorang akhwat: “ Ya rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak diakhirat. Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al-Kubra yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafshah binti Umar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena shawwamah (rajin puasa-red) dan qawwamahnyaI (rajin tahajud-red)? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500 an hadits, sedang aku…. ehm 500 juga belum… atau dengan Ummu Sulaim yang shabiroh (penyabar) atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad… atau dengan siapa ya. Ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka… sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman firdaus-Mu.
Minggu, 29 Mei 2011
UMAR BIN ABDUL AZIZ: Pemimpin yang tak Mempan Disuap
H Bernard Abdul Jabbar, M.Pd
DPP Hizb Dakwah Islam
Umar bin Abdul Aziz adalah nama yang populer dan menyejarah ditengah-tengah umat Islam, dari masa ke masa. Namanya menjadi legenda karena keadilan dan keseriusannya saat menjadi pemimpin umat Islam (Amirul Mukminin). Padahal beliau memerintah hanya selama 29 bulan dan wafat dalam usia yang sangat muda, 39 tahun 6 bulan.
Ketika diangkat menjadi Khalifah beliau mendatangi beberapah ulama untuk meminta nasehat, salah satunya Imam Hasan Al Basri yang memberikan nasehat “Anggaplah rakyat seperti ayahmu, saudaramu, anakmu. Berbaktilah kepada mereka seperti engkau berbakti pada ayahmu,peliharalah hubungan baik dengan mereka seperti hubungan dengan saudaramu, dan sayangilah mereka seperti engkau menyayangi anakmu”. Nasehat ini pun diresapi dan dilaksanakan dengan baik oleh Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin yang paling miskin, yang hidup ditengah tengah rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Sampai sampai tidak ada seorangpun rakyatnya yang berhak menerima zakat.
Kezuhudan dan Kesederhanaanya
Maslamah bin Abdul Malik mengisahkan: Suatu hari saya masuk ke kamar Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Saat itu, saya melihatnya memakai baju yang lusuh, maka akupun berkata kepada Fatimah (istrinya), "Hai Fatimah binti Abdul Malik, cucilah pakaian Amirul Mukminin ini." Fatimah menyahut, "Insya Allah kami akan melakukannya." Kemudian saya kembali, namum keadaan pakaian tersebut masih tetap seperti semula. Maka akupun kembali berkata kepada Fatimah, "Hai Fatimah, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk mencuci pakaian Amirul Mukminin? Sebab orang-orang akan menjenguknya." Fatimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak mempunyai baju lagi selain itu."
Umar bin Abdul Aziz biasa menunaikan shalat di tempat yang gelap. Kemudian setelah selesai, dia masuk ke kamar putri-putrinya dengan memberi salam kepada mereka.Pada suatu hari, saat putri-putrinya mengetahui ayah mereka masuk, mereka segera menutup mulut mereka dengan kedua tangan kemudian bergegas ke balik pintu. Melihat kejadian ini Umar binAbdul Aziz bertanya kepada pengasuh anaknya, "Apa yang terjadi dengan mereka?" Pengasuhnya menjawab, "Tidak ada sesuatu yang dapat mereka santap untuk makan malam, kecuali hanya Adas (bawang putih) dan bawang merah. Karena itulah mereka tidak ingin engkau mencium baunya dari mulut mereka." Mendengar penjelasan itu Umar menangis, kemudian berkata kepada putri-putrinya, "Wahai putri-putriku, apa manfaatnya jika kalian dapat makan malam dengan beraneka macam makanan, tapi itu menyebabkan ayah kalian masuk ke dalam naar (neraka)." Putri-putrinya pun menangis keras ketika mendengar penjelasan ayah mereka, kemudian Umar pun keluar dari tempat tersebut.
Menolak Hadiah dan Penyuapan
Amir bin Muhajir mengisahkan bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin sekali makan apel. Lalu salah seorang lelaki dari anggota keluarganya menghadiahkan apel kepadanya. Umar berkata, "Betapa harum dan enaknya apel ini." Setelah itu, dia berkata, "Wahai pelayan, kembalikan apel itu kepada orang yang telah memberikannya
dan sampaikan salam kepada tuanmu, katakan kepadanya: "Hadiahmu telah sampai kepadaku sebagaimana yang engkau inginkan.'"
Saya (Amir bin Muhajir) pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang memberikan ini adalah anak lelaki pamanmu yang adalah salah seorang lelaki dari keluargamu. Bukankah engkau juga sudah mendengar kalau Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam juga memakan hadiah yang diberikan kepadanya?" Umar berkata, "Celaka kamu. Hadiah pada masa Rasulullah adalah memang benar benar hadiah, sedangkan hadiah pada hari ini bagi kami adalah penyuapan."
Kehati- hatian (Wara’) terhadap Sesuatu yang Subhat
Betapa besar kehati hatian beliau terhadap sesuatu barang atau benda milik rakyat untuk ia pergunakan , sampai suatu ketika beliau menutup hidungnya saat melintas dibaitul mal yang kala itu sedang merebak bau harum kesturi. Seorang petugas baitul mal terheran-heran dan bertanya,”Wahai Khalifah, kenapa engkau menutup hidungmu? Beliau menjawab,”Aku tak mau memakan harta rakyatku sedikitpun, walau hanya dengan menghirup bau harum kesturi ini.”
Dialah juga khalifah yang dijuluki oleh para ulama sebagai khulafaur rasyidin ke lima, karena akhlaknya yang hampir mendekati khulafaur rasyidin ke empat tersebut. Pernah suatu kali Umar bin Abdul Aziz berkata kepada salah seorang teman berbincangnya, “Malam kemarin, semalam suntuk aku tidak dapat tidur, aku terus berpikir.” “Memikirkan apa, wahai Amirul Mukminin?”tanya temannya itu.
“Tentang kubur dan penghuninya. Sungguh bila engkau melihat mayat setelah tiga hari dari hari dikuburkan, dengan segala keadaan yang terjadi padanya, pasti engkau akan merasa jijik berdekatan dengannya, walaupun sebelumnya, ketika ia masih hidup, engkau menyenanginya. Pada waktu itu engkau juga akan melihat ‘rumah’ yang dipenuhi burung hantu, ulat-ulat keluar di dalamnya, nanah bercampur darah mengalir bersamaan dengan bau yang mulai berubah menjadi busuk. Padahal, sebelumnya ia dalam keadaan bagus, harum, dan pakaiannya bersih.”Usai mengungkapkan hal itu, Umar Bin Abdul Aziz menangis sedu-sedan lalu terkulai pingsan tak sadarkan diri.
DPP Hizb Dakwah Islam
Umar bin Abdul Aziz adalah nama yang populer dan menyejarah ditengah-tengah umat Islam, dari masa ke masa. Namanya menjadi legenda karena keadilan dan keseriusannya saat menjadi pemimpin umat Islam (Amirul Mukminin). Padahal beliau memerintah hanya selama 29 bulan dan wafat dalam usia yang sangat muda, 39 tahun 6 bulan.
Ketika diangkat menjadi Khalifah beliau mendatangi beberapah ulama untuk meminta nasehat, salah satunya Imam Hasan Al Basri yang memberikan nasehat “Anggaplah rakyat seperti ayahmu, saudaramu, anakmu. Berbaktilah kepada mereka seperti engkau berbakti pada ayahmu,peliharalah hubungan baik dengan mereka seperti hubungan dengan saudaramu, dan sayangilah mereka seperti engkau menyayangi anakmu”. Nasehat ini pun diresapi dan dilaksanakan dengan baik oleh Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin yang paling miskin, yang hidup ditengah tengah rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Sampai sampai tidak ada seorangpun rakyatnya yang berhak menerima zakat.
Kezuhudan dan Kesederhanaanya
Maslamah bin Abdul Malik mengisahkan: Suatu hari saya masuk ke kamar Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Saat itu, saya melihatnya memakai baju yang lusuh, maka akupun berkata kepada Fatimah (istrinya), "Hai Fatimah binti Abdul Malik, cucilah pakaian Amirul Mukminin ini." Fatimah menyahut, "Insya Allah kami akan melakukannya." Kemudian saya kembali, namum keadaan pakaian tersebut masih tetap seperti semula. Maka akupun kembali berkata kepada Fatimah, "Hai Fatimah, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk mencuci pakaian Amirul Mukminin? Sebab orang-orang akan menjenguknya." Fatimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak mempunyai baju lagi selain itu."
Umar bin Abdul Aziz biasa menunaikan shalat di tempat yang gelap. Kemudian setelah selesai, dia masuk ke kamar putri-putrinya dengan memberi salam kepada mereka.Pada suatu hari, saat putri-putrinya mengetahui ayah mereka masuk, mereka segera menutup mulut mereka dengan kedua tangan kemudian bergegas ke balik pintu. Melihat kejadian ini Umar binAbdul Aziz bertanya kepada pengasuh anaknya, "Apa yang terjadi dengan mereka?" Pengasuhnya menjawab, "Tidak ada sesuatu yang dapat mereka santap untuk makan malam, kecuali hanya Adas (bawang putih) dan bawang merah. Karena itulah mereka tidak ingin engkau mencium baunya dari mulut mereka." Mendengar penjelasan itu Umar menangis, kemudian berkata kepada putri-putrinya, "Wahai putri-putriku, apa manfaatnya jika kalian dapat makan malam dengan beraneka macam makanan, tapi itu menyebabkan ayah kalian masuk ke dalam naar (neraka)." Putri-putrinya pun menangis keras ketika mendengar penjelasan ayah mereka, kemudian Umar pun keluar dari tempat tersebut.
Menolak Hadiah dan Penyuapan
Amir bin Muhajir mengisahkan bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz ingin sekali makan apel. Lalu salah seorang lelaki dari anggota keluarganya menghadiahkan apel kepadanya. Umar berkata, "Betapa harum dan enaknya apel ini." Setelah itu, dia berkata, "Wahai pelayan, kembalikan apel itu kepada orang yang telah memberikannya
dan sampaikan salam kepada tuanmu, katakan kepadanya: "Hadiahmu telah sampai kepadaku sebagaimana yang engkau inginkan.'"
Saya (Amir bin Muhajir) pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang memberikan ini adalah anak lelaki pamanmu yang adalah salah seorang lelaki dari keluargamu. Bukankah engkau juga sudah mendengar kalau Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam juga memakan hadiah yang diberikan kepadanya?" Umar berkata, "Celaka kamu. Hadiah pada masa Rasulullah adalah memang benar benar hadiah, sedangkan hadiah pada hari ini bagi kami adalah penyuapan."
Kehati- hatian (Wara’) terhadap Sesuatu yang Subhat
Betapa besar kehati hatian beliau terhadap sesuatu barang atau benda milik rakyat untuk ia pergunakan , sampai suatu ketika beliau menutup hidungnya saat melintas dibaitul mal yang kala itu sedang merebak bau harum kesturi. Seorang petugas baitul mal terheran-heran dan bertanya,”Wahai Khalifah, kenapa engkau menutup hidungmu? Beliau menjawab,”Aku tak mau memakan harta rakyatku sedikitpun, walau hanya dengan menghirup bau harum kesturi ini.”
Dialah juga khalifah yang dijuluki oleh para ulama sebagai khulafaur rasyidin ke lima, karena akhlaknya yang hampir mendekati khulafaur rasyidin ke empat tersebut. Pernah suatu kali Umar bin Abdul Aziz berkata kepada salah seorang teman berbincangnya, “Malam kemarin, semalam suntuk aku tidak dapat tidur, aku terus berpikir.” “Memikirkan apa, wahai Amirul Mukminin?”tanya temannya itu.
“Tentang kubur dan penghuninya. Sungguh bila engkau melihat mayat setelah tiga hari dari hari dikuburkan, dengan segala keadaan yang terjadi padanya, pasti engkau akan merasa jijik berdekatan dengannya, walaupun sebelumnya, ketika ia masih hidup, engkau menyenanginya. Pada waktu itu engkau juga akan melihat ‘rumah’ yang dipenuhi burung hantu, ulat-ulat keluar di dalamnya, nanah bercampur darah mengalir bersamaan dengan bau yang mulai berubah menjadi busuk. Padahal, sebelumnya ia dalam keadaan bagus, harum, dan pakaiannya bersih.”Usai mengungkapkan hal itu, Umar Bin Abdul Aziz menangis sedu-sedan lalu terkulai pingsan tak sadarkan diri.
Langganan:
Postingan (Atom)